www.examiner.com |
Aku badut, om badut, begitu anak-anak biasa menyapa
setiap hari aku pergi menghibur pengemudi yg berlalu-lalang melintasi jalan raya
iya, aku berada di tengah, di tengah kemacetan ibu kota demi mencari sesuap nasi
bukan aku tak bisa mencari pekerjaan lain, sudah ku coba namun gagal
dulu.. dulu sekali..
aku bekerja sebagai badut sirkus, bukan di jalanan seperti ini
keadaan yg memaksa ku berada disini..
setiap pagi, ku kenakan kostum badut ku yg sudah mulai lusuh & compang-camping
hasil membadut belum cukup untuk membeli kostum baru, biaya untuk makan aku & anak-anak ku saja terbilang pas-pasan.
seperak dua perak aku dapatkan, terlebih jika macet, lumayan hanya menggoyangkan kepala sedikit sudah ada yg melempar rupiah
zaman sekarang membuat orang tertawa itu sulit, mungkin di kota besar ini humorisme sudah mulai berkurang. tingkat kepenatan bertambah, sehingga otak runyam
teknologi pun kian lama makin membuat profesi ku tergeser..
mereka lebih suka melihat hiburan dalam layar sentuh, melihat ku mereka takut
ada yang sampai menangis, bahkan memukul..
Yah begini lah aku, menjadi badut adalah pilihan terakhir dibandingkan harus mengemis..
-terinsipirasi dari badut kucel
Cerita yang bagus Kakak... Hehehehe... Makasih sudah berkunjung ke blog Akoh.
BalasHapushahaha makasi ya kamu
BalasHapussalam kenal :)
proudly, gue merupakan pewaris om badut :') *tepok-tepok perut*
BalasHapushuahahaha gwembrot pfffttt
BalasHapus