gue nemu ini, disalah satu website (mengharuskan kita upload sesuatu, sebelum bisa download sesuatu di website tersebut)
ini diupload sama seseorang
pas gue sadar, lah ini kan calon cerpen yg nggak jadi dipublish
sepertinya sih gitu
sekarang gue publish ulang :)
ini diupload sama seseorang
pas gue sadar, lah ini kan calon cerpen yg nggak jadi dipublish
sepertinya sih gitu
sekarang gue publish ulang :)
Kala
itu kita dekat, dekat sekali. Seperti tukul dan laptopnya.
Gelak
tawamu yang memikat, membuat aku melihatnya seperti denyutan nadi yang selalu berdetak.
Saat
itu aku tau, aku tau kamu punya sesuatu, sesuatu yang kau simpan rapi di lubuk hatimu.
Hanya
orang terdekat mu yang tau saat kamu sedang pilu, sedang susah, dan sedang malu.
Entah
kenapa aku bisa membaca itu, membaca raut wajahmu, membaca bahwa kamu, butuh
aku.
Aku
tau kamu dari orang dekatmu, sahabat-sahabat kita yang selalu bercerita kenapa harimu
begitu. Begitu galau, begitu gelisah, tak sepenggal kisah yang kau pernah ceritakan
kepadaku.
Satu
pun dan akhirnya aku tau, aku tau kamu butuh aku.
“Pusing banget kayanya
Don, lagi mikirn apa sih?”
“Hemm, ini Ann besok gue presentasi, tapi lo tau sendiri. Gue ga bisa
buang-buang waktu
di warnet cuma buat nyelesein tugas beginian doang.”
“What can I do for you?”
Tersenyum sumringah aku ketika itu, bisa
membantumu seperti sebuah kebahagiaan.
Kau
pun tertawa kecil dan menyambut senyumku.
“Makasi ya Ann, lo baek
banget dah. Nemenin gue sampe jam segini, lo pulang kemaleman gimana?”
Aku
hanya tersenyum dan melangkah pergi meninggalkanmu. Di rumah pun aku tersenyum
sendiri, masih ingin bercanda denganmu. Membayangkan senyummu esok pagi
merupakan semangat ku pergi kuliah kala itu. Sejak itu kau mulai sering
memanggil namaku, bekerja sama dalam menyelesaikan sesuatu, sekedar meminjam
alat tulis atau meminta kertas. Aku memberimu kertas file khusus agar kau isi
dengan materi kuliahmu. Aku mendukungmu.Pesan singkat pun selalu rutin kau dan
aku kirim setiap hari. Sekedar menanyakan tugas kuliah, bertanya sedang apa.
Janjian bertemu dan pergi jalan-jalan. Aku senang.
Sampai
kala itu kau bercerita, kala hujan sore itu ,,
“Ann, pulang yuk”
Kita
berjalan berdampingan, membuatku dapat merasakan tegapnya tubuhmu berdiri disampingku.
Aku sekupingmu, membuatku mendongak ketika melihat wajahmu yang lucu. Kamu
menemaniku menunggu, menunggu sampai kendaraan yang aku tumpangi tiba. Baik ya
kamu.
Esok
hari kau bercerita, tentang bintang yang kau pilih. Oh begitu, jadi selama ini
kau punya wanita idaman lain. Kau mengutarakan bagaimana usahamu untuk terus mendekati
bintang itu. Bagaimana kau ingin memilikinya dan berharap ada disampingnya
selamanya. Aku berharap orang itu aku.
Kala itu hujan turun lagi, aku turun dari lantai tiga dan mendengar gelak tawamu dari kejauhan. Rupanya itu kau, dan kau tak sendiri. Bersama teman-temanmu menikmati nyanyi hujan yang turun.
Kala itu hujan turun lagi, aku turun dari lantai tiga dan mendengar gelak tawamu dari kejauhan. Rupanya itu kau, dan kau tak sendiri. Bersama teman-temanmu menikmati nyanyi hujan yang turun.
“Hey Don, menertawakan apa
sih? heboh sekali terdengarnya”
“Hahahaha, nanti aku
ceritakan Ann”.
Matamu mengerjap genit sekali. Akankah hari ini
aku akan mendengar ceritamu lagi, mendengar keluhmu dan inginmu tentang bintang
itu? Kapan kau mau dengar aku ingin bercerita tantang bintang ku? Yaitu kamu.
Rinai
hujan perlahan kembali ke langit. Meninggalkan mendung dan sejuk di pelataran.
Kamu mengajakku berjalan di tanah basah, yang harumnya sangat ku suka. Duduk kembali menunggu kendaraan.
Kamu mengajakku berjalan di tanah basah, yang harumnya sangat ku suka. Duduk kembali menunggu kendaraan.
“Kamu tadi menertawakan
apa Don? Ayo cerita”.
“Hemm,, tadi aku
menertawakan bintangku Ann”.
Dia
berkata seperti tanpa rasa bersalah, dia menertawakan wanita idamannya yang terpeleset
kala hujan tadi. Dia tak ingin menolong karena teman-temannya mencela wanita
itu. Dia malu untuk menolongnya. Kenapa lelaki di sampingku ini prilakunya seperti
itu ya.
“Dion, kamu tak seharusnya begitu, bagaimana dengan
perasaanmu. Bukan kah dia tau
kau menaruh hati padanya?”
“Aku ilfeel sama dia Ann,
rasanya aku tidak cocok dengannya”.
Bintang
itu orang kaya raya, selalu mengumbar apa yang telah dibelinya, apa yang dimilikinya,
apa yang dibelikan mantan-mantan sebelumnya. Dion merasa terlalu rendah untuk
bisa terus mendambakannya.
“Dan kamu tau Ann?
Bintangku tak mau ketika pulang aku antar, atau berangkat aku
jemput.”
Betapa
aku ingin berkata pada Bintang mu itu. Jangan sakiti Dion, dia begitu ingin bersama
Bintang itu. Sementara aku?
“Aku akan disini Dion,
menunggumu disini, dalam setiap rintik hujan yang turun.”
udah
berhenti sampai disitu ceritanya :)
Gue memilih untuk tidak melanjutkan cerita ini sekarang, karena belum tau arahnya kemana