1. Pendahuluan
Indonesia
telah melalui masa puncak curah hujan tertinggi, yakni pada Januari dan
Februari. Menurut Paulus Agus Winarso dari Badan Meteorologi dan Geofisika
(BMG), yang diwawancara oleh Liputan6.com, dengan cuaca yang tidak menentu saat
itu, jika masyarakat tidak memberi perhatian, bahaya banjir mengintai setiap saat.
Rusaknya kawasan hutan terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS) akan menjadi
faktor munculnya bencana alam seperti longsor. Pemerintah Daerah dan masyarakat
harus siap menghadapi kemungkinan bencana alam dan dampaknya.
Fenomena
cuaca di Indonesia dan akibat yang muncul bukan dipengaruhi oleh cuaca ekstrem
di negara lain. Penyebab utama tingginya curah hujan pada Januari dan Februari
yang lalu adalah suhu muka laut perairan Indonesia yang cukup hangat, sehingga
menyebabkan penguapan dan pembentukan awan yang intensif. Nanda Alfuadi,
seorang Staf BMKG mengutarakan hal tersebut dalam Majalah Kompasiana, bahwa
Indonesia terletak di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, kedua samudra
ini merupakan sumber udara lembab yang banyak mendatangkan hujan bagi wilayah
Indonesia. Letak dua benua yang mengapit Indonesia, yaitu Asia dan Australia,
juga berpengaruh pada pola pergerakan angin di Indonesia, arah angin sangat
berperan dalam mempengaruhi pola curah hujan (Tukidi, 2014).
Tulisan
ini memaparkan penyebab bencana longsor di Dusun Kopen, Kecamatan Bareng,
Jombang, serta hal-hal yang berhubungan dengan upaya pemerintah pascabencana di
wilayah tersebut. Tujuan penulisan adalah untuk mempelajari hal-hal yang dapat
dilakukan sebelum dan sesudah bencana terjadi sehingga bencana yang sama dapat
diminimalkan dan mencegahnya terjadi di tempat lain, khususnya di daerah yang
sudah terdeteksi rawan bencana.
2. Bencana Tanah Longsor di Dusun
Kopen, Desa Ngrimbi, Bareng, Jombang.
Menurut
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007, yang dikutip oleh Pusat Pendidikan Mitigasi
Bencana Universitas Pendidikan Indonesia (P2MB), bencana didefinisikan sebagai
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat, yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor non
alam, sehingga timbul korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis.
Jawa
Timur memiliki dua puluh enam daerah yang termasuk kategori rawan bencana
longsor, yaitu Magetan, Ngawi, Trenggalek, Tuban, Bojonegoro, Madiun, Blitar,
Jombang, Pacitan, Ponorogo, Jember, Banyuwangi, Situbondo, Probolinggo,
Pasuruan, Kediri, Nganjuk, Kediri, Tulungagung, Malang, dan Mojokerto (Koran Madura, 2014). Kecamatan Bareng
merupakan salah satu titik rawan bencana longsor di Kabupaten Jombang, karena
terletak di lereng bukit, dan merupakan kawasan Gunung Anjasmoro. Pada Januari
2014 pun tak luput dari bencana longsor. Menurut menurut Bupati Jombang dalam
kompas.com, musibah ini terjadi murni karena bencana alam. Sebab, sehari
sebelumnya terjadi hujan yang cukup sering. Kepala Pelaksana Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Povinsi Jawa Timur, Sudarmawan, dalam
detikcom menambahkan penyebab utama musibah longsor di Dusun Kopen karena
kondisi pepohonan jati yang usianya masih muda, sehingga perakaran pohon-pohon
yang ada di bukit yang longsor belum mampu mencengkeram tanah. Curah hujan
bukan salah satu faktor penyebab utama terjadinya tanah longsor. Faktor yang
menyebabkan terjadi longsor, seperti daya dukung lingkungan di sekitarnya,
tidak mampu menampung hujan. Namun, menurut Kasi Data dan Informasi Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat dihubungi detikcom mengatakan
bahwa longsor terjadi bukan hanya karena curah hujan yang tinggi, jika di lahan tersebut banyak yang terbuka,
dan kurang pepohonan, maka bisa menimbulkan longsor. Meskipun curah hujan
tinggi, jika daya dukung tanahnya kuat, longsor tidak akan terjadi.
Tribunnews.com
menginformasikan bahwa terdapat empat belas orang tertimbun longsor. Tujuh
jenazah ditemukan di hari pertama pencarian dan lima jenazah ditemukan hari ketiga.
Pencarian korban membutuhkan waktu berhari-hari karena menurut Yuwono, Kepala Kantor
SAR Kelas A Surabaya, ketebalan material longsoran mencapai sekitar 3 hingga 4
meter. Pihaknya pun mengusahakan beberapa alat berat yang dinilai masih kurang
untuk memaksimalkan pencarian.
Pusat
Pendidikan Mitigasi Bencana Universitas Pendidikan Indonesia (P2MB), Bandung,
mendefinisikan longsor merupakan perpindahan bebatuan dan material lainnya
dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau berangsur yang umumnya terjadi di
daerah terjal dan tidak stabil. Ada dua faktor yang menjadi penyebab longsor,
pertama karena faktor alam dan kedua karena faktor manusia. Bencana longsor
yang terjadi di Dusun Kopen, Kecamatan Bareng, Jombang terjadi secara langsung
karena faktor alam, namun kita faktor manusia pun disinyalir menjadi penyebab
dalam bencana longsor tersebut. Penggundulan hutan, sistem pertanian yang tidak
memperhatikan sistem pengairan yang aman, dan sistem drainase pada daerah
tersebut menjadi penyebab dugaan lainnya.
3. Upaya Pemerintah Pascalongsor
Bupati
Jombang Nyono Suharli, seperti dikutip dalam regional kompas, mengajak
masyarakat meningkatkan reboisasi untuk menghindari terjadinya bencana banjir
maupun tanah longsor. Bencana longsor sebeneranya dapat dicegah dengan menjaga
pepohonan di lereng. Tumbuhan akan menyerap air dan akarnya mengikat tanah. Humas
Ristek menjelaskan, lereng terjal yang berpotensi longsor sebaiknya dihindari
dengan tidak membangun rumah di kaki lereng. Tebing terjal dekat jalan dan
permukiman sebaiknya dilandaikan untuk mencegah runtuh. Permukaannya dipadatkan
sesuai dengan kondisi tanah dan ditutupi tumbuhan yang sesuai. Stabilisasi
lereng juga dapat dilakukan dengan pendekatan teknik sipil, yaitu membuat
dinding beton bertulang atau batu. Dinding itu harus dilengkapi dengan sistem
drainase berupa lubang-lubang saluran air di beberapa bagian dinding.
Relokasi
warga yang masih tinggal di daerah rawan longsor pun direncanakan oleh
pemerintah. Namun, rencana ini ditunda hingga waktu yang belum ditentukan,
karena musibah erupsi Gunung Kelud terjadi. Menurut Tim Bakornas, yang dikutip
oleh harianhaluan.com, ciri-ciri daerah rawan longsor adalah derah berbukit
dengan kelerengan lebih dari 20 derajat, lapisan tanah tebal di atas lereng,
sistem tata air, dan tata guna lahan yang kurang baik, lereng terbuka atau
gundul, terdapat retakan tapal kuda pada bagian atas tebing. Seharusnya
penduduk yang tinggal di wilayah tersebut dapat mengurangi tanah longsor dengan
cara menutup retakan pada atas tebing dengan material lempung, waspada terhadap
rembesan air pada lereng, dan siaga saat curah hujan tinggi dengan durasi yang
panjang.
Dikutip
dari Yusuf Wibisono dalam beritajatim.com, Aan Anshori, Direktur Lingkar
Indonesia untuk Keadilan (LinK) Jombang, menyatakan bahwa Pemkab Jombang
berdalih relokasi korban longsor tidak bisa dilakukan karena bantuan dari provinsi
dialihkan ke bencana Gunung Kelud, pihaknya mendesak agar Bupati dan Wakil
Bupati mundur dari jabatannya. Padahal sejak 5 tahun lalu pemerintah mendapat
peringatan mengenai potensi empat bencana besar yang akan mengancam Jombang. Aan
Anshori menganggap Pemkab Jombang sejak awal tidak pernah serius menangani
persoalan bencana di Jombang.
4. Simpulan
Berita
mengenai hak relokasi korban longsor di Dusun Kopen, Kecamatan Ngrimbi, Bareng,
Jombang, belum diperoleh informasi selanjutnya. Pada dasarnya, penanggulangan
bencana longsor perlu partisipasi semua pihak, khususnya masyarakat setempat. Masyarakat
yang tinggal di daerah rawan longsor perlu diberikan pembelajaran terkait
dengan hal-hal seperti pengenalan awal gejala longsor, sehingga pencegahan
bencana longsor bisa dilakukan. Masyarakat perlu menyadari pentingnya melakukan
reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul. Saat pohon-pohon di hutan
selesai ditebang, maka masyarakat harus menanam kembali bibit-bibit pohon yang
baru. Sehingga ketika musim hujan tiba, air hujan tidak langsung jatuh ke
tanah, namun dapat ditahan oleh dedaunan dan akar-akar pohon.
Identifikasi
daerah rawan longsor dan pemantauan daerah tersebut perlu dilakukan secara berkelanjutan.
Pembangunan rumah oleh masyarakat pun seharusnya menghindari tempat-tempat
rawan bencana. Pusat Pendidikan Mitigasi Bencana Universitas Pendidikan
Indonesia (P2MB) menyebutkan masyarakat harus dihindarkan dari membuat
pencetakan sawah baru atau kolam pada lereng terjal, karena air yang digunakan
membuat tanah kehilangan kekuatannya sehingga mudah bergeser.
Hal yang harus dilakukan setelah bencana
ini berlalu, selain relokasi penduduk ke daerah tempat tinggal yang lebih aman,
yaitu mengevaluasi kebijakan instansi atau dinas yang memiliki pengaruh
terganggunya ekosistem, normalisasi daerah penyebab bencana, dan membuat
kerjasama antar daerah dalam penanggulangan bencana. Sebagian penduduk yang
merasakan trauma akibat bencana longsor juga perlu mendapat perhatian khusus,
walaupun bencana yang sudah berlalu tidak termasuk dalam bencana nasional,
namun penduduk yang merasakan langsung akibat dari bencana tersebut perlu
diperhatikan dari berbagai aspek, seperti kesehatan, bantuan uang tunai,
perlengkapan sekolah untuk anak-anak, dan kebutuhan sehari-hari.
Daftar
Acuan
Enggran
E.B. (2014). Ini Penjelasan BPDB Penyebab
Longsor di Jombang. http://news.detik.com/surabaya/read/2014/01/28/191939/2481170/475/ini-penjelasan-bpbd-penyebab-longsor-di-jombang,
yang diakses pada pukul 04.25 WIB, tanggal 15 Agustus 2014.
H.
(2014). Mengenal Titik Rawan Longsor.
www.harianhaluan.com/index.php/berita/sigab/14511-mengenal-titik-rawan-longsor,
yang diakses pada pukul 09.54 WIB tanggal 15 Agustus 2014
Humas
Ristek. (2013). Menahan agar Tanah Tak
Longsor. http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/13003, yang
diakses pada pukul 04.36 WIB, tanggal 15 Agustus 2014.
Koran
Madura. (2014). Temukan 26 Titik Rawan
Longsor di Jatim. www.koranmadura.com/2014/02/03/temukan-26-titik-rawan-longsor-di-jatim/,
yang diakses pada pukul 09.41 WIB, tanggal 15 Agustus 2014.
M.
Agus F.H. (2014a). Hindari Bencana,
Bupati Jombang Minta Galakkan Reboisasi. http://regional.kompas.com/read/2014/01/28/2306573/Hindari.Bencana.Bupati.Jombang.Minta.Galakkan.Reboisasi,
yang diakses pada pukul 04.21 WIB, tanggal 15 Agustus 2014.
-------------------.
(2014b). Ketebalan Tanah Longsor di
Jombang Capai 4 Meter. http://regional.kompas.com/read/2014/01/29/0628578/Ketebalan.Tanah.Longsor.di.Jombang.Capai.4.Meter,
yang diakses pada pukul 05.33 WIB, tanggal 15 Agustus 2014.
-------------------.
(2014c). Di Jombang, Ada 146 Desa Rawan
Bencana. regional.kompas.com/read/2014/01/29/0736508/Di.Jombang.Ada.146.Desa.Rawan.Bencana,
yang diakses pada pukul 04.15 WIB, tanggal 15 Agustus 2014.
------------------.
(2014d). Pencarian Korban Longsor Jombang
Dihentikan. http://www.tribunnews.com/regional/2014/02/01/pencarian-korban-longsor-jombang-dihentikan,
yang diakses pada pukul 05.15 WIB, tanggal 15 Agustus 2014.
Nanda
A. (2014). Cuaca di Indonesia Merupakan
Imbas Cuaca Ekstrem Mancanegara?. http://green.kompasiana.com/iklim/2014/01/21/cuaca-di-indonesia-merupakan-imbas-cuaca-ekstrim-mancanegara-629571.html,
yang diakses pada pukul 04.00 WIB, tanggal 15 Agustus 2014.
P2MB
UPI. (2010). Longsor. p2mb.geografi.upi.edu/Landslide.html,
yang diakses pada pukul 09.14 WIB, tanggal 15 Agustus 2014.
P2MB
UPI. (2010b). Tentang Bencana. p2mb.geografi.upi.edu/Tentang_Bencana.html,
yang diakses pada pukul 09.27 WIB, tanggal 15 Agustus 2014.
Rois
J. (2014). BMKG: Curah Hujan Bukan Faktor
Utama Terjadinya Tanah Longsor. http://news.detik.com/read/2014/01/28/153259/2480791/475/bmkg-curah-hujan-bukan-faktor-utama-terjadinya-tanah-longsor,
yang diakses pada pukul 04.31 WIB, tanggal 15 Agustus 2014.
Sutono.
(2014). Gara-gara Kelud, Relokasi Korban
Longsor Jombang Terkatung. http://surabaya.tribunnews.com/2014/03/06/gara-gara-kelud-relokasi-korban-longsor-jombang-terkatung,
yang diakses pada pukul 04.52 WIB, tanggal 15 Agustus 2014.
Tukidin.
(2010). Karakter Curah Hujan di
Indonesia. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JG/article/view/84/85, yang
diakses pada pukul 04.04 WIB, tanggal 15 Agustus 2014.
ULF.
(2003). Puncak Curah Hujan akan Terjadi
Januari – Februari. http://news.liputan6.com/read/68654/puncak-curah-hujan-akan-terjadi-januari-februari,
yang diakses pada pukul 03.40 WIB, tanggal 15 Agustus 2014.
Yusuf
W. (2014). Relokasi Korban Longsor Belum
Jelas, Bupati Dituntut Mundur. http://m.beritajatim.com/peristiwa/200407/relokasi_korban_longsor_belum_jelas,_bupati_dituntut_mundur.html#.U-0vyqNqMv8,
yang diakses pada pukul 05.05 WIB, tanggal 15 Agustus 2014.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir
Program Matrikulasi Penulisan Ilmiah pada Universitas Pertahanan Indonesia
tahun akademik 2014/2015