Hari-hari menjelang Cikal memasuki masa MPASI, rasanya super excited. Terlebih lagi saya ada di lingkaran pertemanan yang berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya, kalau bisa mendekati sempurna kenapa nggak?
Tapi lambat laun saya sadar, apa yang saya rasakan sama persis saat akan membeli kebutuhan bayi pertama kami. Saya pun berpikir ulang, menimbang-nimbang, bertanya sana-sini. Bukan saya jahat karena tidak memberikan yang terbaik, tapi apa yang terbaik itu harus mahal? Harus lengkap peralatan makannya? Harus lengkap peralatan masaknya? Harus steril dan bersih banget sampai mewajibkan membeli peralatan masak double, Double jumlah dan double standard.
Alhamdulillah saya masih nginjek bumi, perasaan saya melanglang-buana ke langit tapi pikiran saya masih di bumi. Akhirnya saya beli peralatan masak sesuai kebutuhan dan memberi makan bayi saya sesuai kemampuan. Toh, masa MPASI ini hanya sampai usia 1 tahun. Saya memang khawatir anak saya stunting karena tidak diberi asupan gizi dengan maksimal, tapi saya lebih khawatir lagi kalau sudah berusaha membagi waktu untuk menyiapkan ini-itu namun harus menunjukkan wajah marah saat proses menyuap makanan ke Cikal. Ya begitulah adanya, bayi juga punya rasa bosan dan mood makannya kadang jelek jadi hanya mau cemilan seperti biskuit dan buah saja.
Bayi kami mulai makan biskuit bayi sejak 5 bulan, murni karena saya uji coba dan pengaruh keluarga terdekat.
"Kasih pisang aja, dulu si anu dikasih pisang dari 4 bulan. Kenapa sih sekarang harus start 6 bulan?"
"Kasih air putih aja, kasihan dia haus mungkin karena nangis terus"
Kemudian yang terjadi bayiku gumoh dan aku memilih diam. Walaupun di rumah aku sudah uji coba makan biskuit bayi, bukan berarti seenaknya dong? Alhamdulillah bayiku nggak apa-apa, toh aku juga malas berdebat panjang lebar apalagi orang yang pengetahuannya tidak up-to-date dan minat baca bukunya rendah.
Gemes sih sebenernya, tapi keadaan kadang menuntut kita demikian kan?
My kids my rules.
Harusnya sih paham.
Having children different from being parents.
Untuk mamah-mamah muda yang sedang galau mau ngasih makan apa untuk anaknya. Banyak-banyak lah membaca sebelum bertanya. Baca buku panduan MPASI dari Ikatan Dokter Indonesia, cari tau dokter spesialis anak yang yang menerbitkan buku tentang MPASI seperti dokter Metahanindita dan dr. Kanya yang suka berbagi pengetahuan di Instagram. Ibu nggak sendirian kok bu!
di awal MPASI saya membelikan bubur bayi yang biasa dijual di pinggir jalan, saya bawa wadah sendiri. Sampai di rumah saya tambahkan protein hewani seperti telur puyuh, udang, ayam, cumi, ikan teri, dan lain-lain. Jadi dari awal anak saya sudah makan menu lengkap 4* yang disaring. Kalau anak bosan, saya berikan bubur instant seperti SUN, Milna, dan Promina. Vitamin penambah zat besi pun saya berikan FeRRIZ drop sehari satu kali sebelum makan supaya nggak gumoh.
Saya belum percaya diri memasak bubur untuk bayi dan waktu memasak yang dibutuhkan juga jadi pertimbangan lain. Oh iya, buah-buahan saya berikan dalam bentuk utuh jadi si kecil akan menghisap atau dikenyot. Awal-awal saya pakai alat bantu food feeder kidsme yang dijual sepaket dengan teether plus mainan karet untuk mandi.
Segala hal yang berkaitan dengan MPASI ini saya buat mudah sesuai kemampuan tapi nggak asal. Saya juga mengamati perkembangan bayi yang makan bubur pinggir jalan hampir tiap hari. Alhamdulillah sehat dan mau makan, kalau lagi bosan atau hujan ya seduh bubur instan. Pernah juga beli bubur ayam yang biasa orang dewasa makan, beli sate hati ayam dan telur puyuhnya juga lalu disaring. Alhamdulillah, hari demi hari proses ini kami nikmati. Kami pun ngga langsung memberikan susu formula untuk Cikal, karena kebutuhan untuk pertumbuhannya sudah cukup.
Untuk ibu-ibu idealis yang baca ini, saya pernah kok di posisi ibu... Tapi saya cepet sadar dan tau diri juga, walaupun lebih sering di rumah pekerjaan rumah masih lebih banyak jika dibandingkan dengan 'drama' MPASI yang mungkin terlalu dibuat-buat. Santai saja, Allah memilih kita menjadi ibu karena naluri keibuan kita otomatis muncul dalam segala hal di tiap tumbuh kembang anak-anak kita.
Setelah naik tekstur menjadi nasi tim. Aku sulit menyesuaikan selera anak karena terbiasa beli bubur bayi. Bubur bayi kan rasanya enak, sementara nasi tim kalau lauknya nggak pas ya terasa hambar di lidah. Saranku pake kaldu jamur, tambahkan kecap, dan rajin masak makanan berkuah. Insya Allah anak lahap dan kalau bisa dari awal ya mpasi homemade masakan ibunya, bukan beli :)
Tapi lambat laun saya sadar, apa yang saya rasakan sama persis saat akan membeli kebutuhan bayi pertama kami. Saya pun berpikir ulang, menimbang-nimbang, bertanya sana-sini. Bukan saya jahat karena tidak memberikan yang terbaik, tapi apa yang terbaik itu harus mahal? Harus lengkap peralatan makannya? Harus lengkap peralatan masaknya? Harus steril dan bersih banget sampai mewajibkan membeli peralatan masak double, Double jumlah dan double standard.
Alhamdulillah saya masih nginjek bumi, perasaan saya melanglang-buana ke langit tapi pikiran saya masih di bumi. Akhirnya saya beli peralatan masak sesuai kebutuhan dan memberi makan bayi saya sesuai kemampuan. Toh, masa MPASI ini hanya sampai usia 1 tahun. Saya memang khawatir anak saya stunting karena tidak diberi asupan gizi dengan maksimal, tapi saya lebih khawatir lagi kalau sudah berusaha membagi waktu untuk menyiapkan ini-itu namun harus menunjukkan wajah marah saat proses menyuap makanan ke Cikal. Ya begitulah adanya, bayi juga punya rasa bosan dan mood makannya kadang jelek jadi hanya mau cemilan seperti biskuit dan buah saja.
Bayi kami mulai makan biskuit bayi sejak 5 bulan, murni karena saya uji coba dan pengaruh keluarga terdekat.
"Kasih pisang aja, dulu si anu dikasih pisang dari 4 bulan. Kenapa sih sekarang harus start 6 bulan?"
"Kasih air putih aja, kasihan dia haus mungkin karena nangis terus"
Kemudian yang terjadi bayiku gumoh dan aku memilih diam. Walaupun di rumah aku sudah uji coba makan biskuit bayi, bukan berarti seenaknya dong? Alhamdulillah bayiku nggak apa-apa, toh aku juga malas berdebat panjang lebar apalagi orang yang pengetahuannya tidak up-to-date dan minat baca bukunya rendah.
Gemes sih sebenernya, tapi keadaan kadang menuntut kita demikian kan?
My kids my rules.
Harusnya sih paham.
Having children different from being parents.
Untuk mamah-mamah muda yang sedang galau mau ngasih makan apa untuk anaknya. Banyak-banyak lah membaca sebelum bertanya. Baca buku panduan MPASI dari Ikatan Dokter Indonesia, cari tau dokter spesialis anak yang yang menerbitkan buku tentang MPASI seperti dokter Metahanindita dan dr. Kanya yang suka berbagi pengetahuan di Instagram. Ibu nggak sendirian kok bu!
di awal MPASI saya membelikan bubur bayi yang biasa dijual di pinggir jalan, saya bawa wadah sendiri. Sampai di rumah saya tambahkan protein hewani seperti telur puyuh, udang, ayam, cumi, ikan teri, dan lain-lain. Jadi dari awal anak saya sudah makan menu lengkap 4* yang disaring. Kalau anak bosan, saya berikan bubur instant seperti SUN, Milna, dan Promina. Vitamin penambah zat besi pun saya berikan FeRRIZ drop sehari satu kali sebelum makan supaya nggak gumoh.
Saya belum percaya diri memasak bubur untuk bayi dan waktu memasak yang dibutuhkan juga jadi pertimbangan lain. Oh iya, buah-buahan saya berikan dalam bentuk utuh jadi si kecil akan menghisap atau dikenyot. Awal-awal saya pakai alat bantu food feeder kidsme yang dijual sepaket dengan teether plus mainan karet untuk mandi.
Segala hal yang berkaitan dengan MPASI ini saya buat mudah sesuai kemampuan tapi nggak asal. Saya juga mengamati perkembangan bayi yang makan bubur pinggir jalan hampir tiap hari. Alhamdulillah sehat dan mau makan, kalau lagi bosan atau hujan ya seduh bubur instan. Pernah juga beli bubur ayam yang biasa orang dewasa makan, beli sate hati ayam dan telur puyuhnya juga lalu disaring. Alhamdulillah, hari demi hari proses ini kami nikmati. Kami pun ngga langsung memberikan susu formula untuk Cikal, karena kebutuhan untuk pertumbuhannya sudah cukup.
Untuk ibu-ibu idealis yang baca ini, saya pernah kok di posisi ibu... Tapi saya cepet sadar dan tau diri juga, walaupun lebih sering di rumah pekerjaan rumah masih lebih banyak jika dibandingkan dengan 'drama' MPASI yang mungkin terlalu dibuat-buat. Santai saja, Allah memilih kita menjadi ibu karena naluri keibuan kita otomatis muncul dalam segala hal di tiap tumbuh kembang anak-anak kita.
Setelah naik tekstur menjadi nasi tim. Aku sulit menyesuaikan selera anak karena terbiasa beli bubur bayi. Bubur bayi kan rasanya enak, sementara nasi tim kalau lauknya nggak pas ya terasa hambar di lidah. Saranku pake kaldu jamur, tambahkan kecap, dan rajin masak makanan berkuah. Insya Allah anak lahap dan kalau bisa dari awal ya mpasi homemade masakan ibunya, bukan beli :)