Pertahanan dan Kemanan (Hankam) di Indonesia bukan hanya urusan pemerintah saja lho. Kita sebagai warga negara yang termasuk dalam komponen cadangan harus ikut serta dalam persoalan hankam. Hal ini diatur juga dalam UUD 1945 bahwa tiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya bela negara. Pertahanan adalah upaya seluruh komponen bangsa dalam menghadapi ancaman internal maupun eksternal demi mewujudkan keamanan nasional. Sebagai alumni dari kampus bela negara yaitu Universitas Pertahanan, tentu hal ini telah melekat pada kami sejak awal masuk perkuliahan.
Walaupun saat ini saya fokus pada urusan blogging dan posting di media sosial, sebisa mungkin apa yang saya posting itu bermanfaat bagi pembaca, tidak ikut-ikutan menyebarkan konten hoax di media sosial, dan yang selalu saya inget adalah saring sebelum sharing. Apalagi moment pesta demokrasi yang menjadi sasaran empuk netizen, agak susah untuk menyaring informasi bagi saya pribadi hingga saya memilih mematikan notifikasi pada grup-grup yang mengganggu dan blok orang-orang yang bising.
Pada undangan Kemenkominfo di Universitas Indonesia hari ini, Kolonel Beben dari Kemeko Polhukam menyampaikan bahwa Indonesia memiliki berbagai macam keberhasilan dalam bidang hankam. Namun penyebaran konten bidang hankam memang masih dalam bentuk yang protokoler seperti kegiatan-kegiatan panglima TNI. Padahal banyak sekali kegiatan lain seperti swasembada pangan di daerah perbatasan, kegiatan pendidikan di pelosok-pelosok tanah air di luar tugas utama. Keberhasilan misi-misi perdamaian pasukan garuda pun masih belum dibagikan secara luas. Penyebaran hal-hal positif ini masih sulit, salah satunya karena akses internet yang terbatas. Kemenkopolhukam masih memanfaatkan media mainstream untuk penyebaran berita ke masyarakat sebagai strategi berbagi konten di bidang hankam.
Ndorokakung juga menyampaikan bahwa membuat konten adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan diri sendiri. Apabila kita tidak memahami konten di bidang hankam ya ceritakan saja tentang ketidaktahuan kita, karena sebagai blogger kita tidak hanya memberikan informasi layaknya berita mainstream namun memberikan narasi. Riset kecil-kecilan juga terkadang saya lakukan untuk memperkaya tulisan dan menambah jumlah kata di postingan tentunya hehehe. Kita juga harus mengenali pembaca blog kita, misalnya sebagian besar pembaca blog kita adalah ibu-ibu maka kita bisa mengkaitkan tulisan di bidang hankam dengan tema sehari-hari ibu-ibu dalam hal bahan pangan yang mulai langka, harga sembako naik, sulit memperoleh bawang dan cabai yang murah, dan masih banyak lagi. Mulailah dari hal-hal terdekat dengan kita sehingga tersaji tulisan yang menarik minat pembaca. Gunakan gaya bahasa sendiri, nggak usah ikut-ikutan orang lain agar kita punya ciri khas dan pembaca pun enak bacanya. Jangan lupa tampilkan visualisasi yang menarik pada postingan blog kita jadi pembaca nggak ragu-ragu untuk berkunjung lagi ke blog kita bahkan nggak segan untuk membagikannya.
Ada juga lho hal-hal yang harus dihindari dalam membuat konten kreatif, jangan ada unsur pornografi, jangan menyebarkan konten hoax apalagi fitnah, hindari mencemarkan nama baik orang lain, jauhi ujaran kebencian, radikalisme, menyinggung SARA (Suku, Agama, Ras, Antar Golongan). Kita juga tidak boleh melakukan penyebaran identitas pribadi orang lain di media sosial (doxing). Kasus penipuan sekalipun harus dihindari untuk menyebarkan data pribadi si pelaku, lebih baik melaporkan pada pihak yang berwajib.
Saling bantu di dunia maya, begitu Pak Yan Kurniawan mengawali penyampaiannya siang ini. Indonesia termasuk pengguna media sosial yang aktif, apalagi di tahun pemilu ini, banyak pengguna media sosial yang memanfaatkan twitter, facebook, youtube, untuk menyebarkan berbagai macam konten. Segala informasi mudah sekali viral, masyarakat cenderung mudah sekali menyebarkan informasi tanpa melakukan kroscek terlebih dahulu. Sebagai blogger, konten yang kita sampaikan sebisa mungkin nggak hanya sekedar sampai ke pembaca namun pembaca juga bisa mendapatkan manfaat dari konten yang kita bagikan.
Bapak Dikdik Sadaka |
Usai istirahat solat, Bapak Dikdik Sadaka memberi gambaran bahwa masyarakat saat ini bukan hanya sebagai penerima informasi namun berkembang menjadi pembuat informasi. Ketika kita membuat konten harus menciptakan rasa aman bagi pembaca informasi. Konten yang dibuat oleh kita pun harus dapat dipercaya sehingga bukan sesuatu yang masih simpang-siur. Dalam bidang hankam, bisa dibahas soal persatuan, persaudaraan, terorisme, keberagaman, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Pencegahan gangguan keamanan dalam kehidupan sehari-hari, saya lakukan melalui lingkungan terdekat terlebih dahulu. Ketika saya memulai hidup baru dengan suami, saya berusaha mengenal tetangga di sekitar rumah tempat tinggal kami dengan berinteraksi dan bertegur sapa, bersosialisasi dengan menghadiri undangan, pengajian, sampai acara makan bersama sebelum puasa. Semua saya lakukan, salah satunya untuk menciptakan rasa aman di lingkungan tempat tinggal. Saya juga berusaha membentengi diri dengan menyaring banjirnya arus informasi yang kadang membuat saya kepikiran terus-menerus dan memunculkan rasa khawatir yang berlebihan. Diskusi dengan suami dan keluarga pun tak putus dirutinkan agar berbagai hal yang terjadi di sekitar bisa kami antisipasi bersama jika ada yang membahayakan. Saya merasa beruntung masih memiliki lingkungan yang positif dalam hal menyebarkan informasi, karena mau tutup mata dengan kejadian terkini rasanya semakin sulit dilakuan.
Saya pikir di masa depan konten yang berkualitas dan berbasis pada data akan banyak dicari dan dipercaya orang, bukan sekedar katanya-katanya berdasarkan opini saja. Penerima sekaligus pembaca informasi pun diharapkan semakin cerdas saat disuguhkan informasi sehingga tidak terombang-ambing dalam mempercayai informasi.