Jujur, di lingkungan terdekat kami tak ada pembatasan jarak untuk menghindari terpaparnya virus corona. Aktivitas masih berjalan normal bahkan seperti tak ada hal-hal yang harus dihindari. Salah satunya adalah social distancing yang saya pahami sebagai pembatasan interaksi dengan orang lain. Walau masih berkunjung ke rumah mertua yang jaraknya dekat, sampai disana kami langsung cuci tangan pakai sabun. Bersalaman yang biasa dilakukan pun akhirnya tidak dilakukan sama sekali saat datang dan pamit pulang.
Menjaga jarak pun tidak berlaku saat berbelanja ke warung sayur. Sebagian besar ibu-ibu yang berbelanja membuat kerumunan saat memilih dan menghitung barang yang dibeli. Salah satu cara mensiasatinya adalah dengan berbelanja di tukang sayur keliling atau memilih jam berbelanja yang sepi pembeli. Jangan lupa menggunakan masker saat berbelanja, juga tidak menyentuh wajah. Sampai di rumah pastikan langsung cuci tangan pakai sabun dan lanjut mandi.
Efektifitas jaga jarak ini telah diteliti oleh Robert Signer, asisten profesor di Fakultas Kedokteran Universitas California, seperti dikutip dalam website Katadata[dot]id menurut perhitungannya, satu orang terinfeksi yang tidak melakukan langkah menjaga jarak bisa menyebabkan 406 orang lainnya tertular pada hari ke-30. Namun, jika dia mengurangi kontak sosial sebesar 50 persen, jumlahnya menjadi 15 orang pada periode waktu yang sama.
Bila pembaca perhatikan di lingkungan terdekat belum menerapkan social distancing dengan baik, jangan lantas ikut terlena dan larut berbaur mengabaikan social distancing yang bisa menekan laju penyebaran virus corona. Tetaplah mengikuti peraturan pemerintah dengan maksimal serta jaga kesehatan dengan asupan nutrisi yang cukup. Apalagi di saat puasa saat ini, jangan sampai hanya perut kenyang tapi gizi yang dibutuhkan tidak terpenuhi.
Mata Garuda |
Sekarang emang penting banget ya social distancing ini. Di rumahku rata2 sih sudah menerapkan social distancing
BalasHapusIya mbak, kalo disini masih normal
Hapus