Dalam ketidakpastian kapan virus corona berakhir, bahkan sudah hadir sebelum bulan puasa datang. Aku jadi terlatih untuk mengelola stress dan berpikir positif pada virus yang belum berkesudahan ini. Awalnya terasa sulit menerima kenyataan bahwa kita tak lagi bisa melenggang bebas menikmati suasana di luar rumah walau sekadar window shopping, bahkan semakin stress saat melihat berita di TV. Perasaan stress itu alhamdulillah sudah bisa dikelola sedikit demi sedikit.
Hikmah yang ku ambil kala pandemi ini menyerang adalah aku jadi lebih banyak bersyukur, bersabar, dan ikhlas menerima keadaan yang baru. Keadaan yang membuat kami tak lagi mengandalkan hiburan di luar rumah, merasa cukup dengan segala sesuatu yang kami miliki hari ini. Aku sadar selama ini mungkin kami terlalu banyak bersenang-senang selama ramadan, mulai dari buka puasa bersama, belanja pakaian baru sampai lupa waktu, dan hingar-bingar lainnya yang melewatkan ibadah-ibadah sunnah di bulan suci ini. Sekarang kita, khususnya aku diminta untuk berbenah diri, mengenal lagi lebih dalam diri sendiri dan Sang Pencipta.
Aku juga bersyukur banget karena suami jadi bisa kerja dari rumah, kedekatannya dengan si kecil bikin aku nggak terlalu kerepotan apalagi pas puasa gini bisa bergantian main sama dia. Suami juga jadi punya podcast yang baru dirintis, jadi lebih produktif selain mengerjakan hal-hal yang rutin bisa kolaborasi di podcast juga. Si kecil juga jadi mau main sama papahnya, anteng kalau ditinggal solat, mungkin salah satunya karena kedekatannya sudah terbangun lebih baik.
Di bulan suci ini aku juga bisa berjualan kue kering buatan tetangga. Rasanya nggak percaya kalau ada yang jauh-jauh mau beli. Alhamdulillah semua yang dikirim aman dan nggak hancur. Aku jadi belajar packing dengan bubble wrap dan kardus juga, malah sekarang kepikiran untuk lanjut jualan makanan yang lain. Semua hal-hal kecil lebih aku syukuri sekarang, rezeki yang Allah berikan Insya Allah cukup sampai kondisi normal kembali. Walau dalam waktu setahun atau dua tahun, Insya Allah kesabaran kita tak kan habis. Semangat!
Hikmah yang ku ambil kala pandemi ini menyerang adalah aku jadi lebih banyak bersyukur, bersabar, dan ikhlas menerima keadaan yang baru. Keadaan yang membuat kami tak lagi mengandalkan hiburan di luar rumah, merasa cukup dengan segala sesuatu yang kami miliki hari ini. Aku sadar selama ini mungkin kami terlalu banyak bersenang-senang selama ramadan, mulai dari buka puasa bersama, belanja pakaian baru sampai lupa waktu, dan hingar-bingar lainnya yang melewatkan ibadah-ibadah sunnah di bulan suci ini. Sekarang kita, khususnya aku diminta untuk berbenah diri, mengenal lagi lebih dalam diri sendiri dan Sang Pencipta.
Aku juga bersyukur banget karena suami jadi bisa kerja dari rumah, kedekatannya dengan si kecil bikin aku nggak terlalu kerepotan apalagi pas puasa gini bisa bergantian main sama dia. Suami juga jadi punya podcast yang baru dirintis, jadi lebih produktif selain mengerjakan hal-hal yang rutin bisa kolaborasi di podcast juga. Si kecil juga jadi mau main sama papahnya, anteng kalau ditinggal solat, mungkin salah satunya karena kedekatannya sudah terbangun lebih baik.
Di bulan suci ini aku juga bisa berjualan kue kering buatan tetangga. Rasanya nggak percaya kalau ada yang jauh-jauh mau beli. Alhamdulillah semua yang dikirim aman dan nggak hancur. Aku jadi belajar packing dengan bubble wrap dan kardus juga, malah sekarang kepikiran untuk lanjut jualan makanan yang lain. Semua hal-hal kecil lebih aku syukuri sekarang, rezeki yang Allah berikan Insya Allah cukup sampai kondisi normal kembali. Walau dalam waktu setahun atau dua tahun, Insya Allah kesabaran kita tak kan habis. Semangat!