Aku ingat betul masa-masa itu, masa luntang-lantung belum mendapat pekerjaan setelah wisuda pascasarjana. Aku belum memiliki niat yang kuat untuk menjadi dosen, aku juga tidak ada rencana untuk lanjut doktor, penelitian bukan passion ku. Ya, benar adanya aku suka menulis, tapi bukan tulisan ilmiah yang bikin aku susah tidur dan gampang makan. Saat skripsi dan tesis berat badanku selalu naik, bingkai wajah saat foto wisuda tentu saja membengkak dengan pipi yang tumpah juga double chin.
Saat itu aku enggan melamar kerja ke ibukota, kota ini membuatku nyaman hingga rasanya enggan beranjak keluar dari zona nyaman. Sampai akhirnya staf di kampus berbaik hati menyodorkan lamaran pekerjaanku pada bidang-bidang yang membutuhkan. Aku pun menyibukkan diri dengan membentuk lembaga baru bernama Indonesian Youth on Disaster Risk Reduction (IYDRR). Tenaga dan pikiran dengan penuh semangat ku tuangkan disana. Sampai akhirnya aku "menyerahkan diri" mengabdi sebagai guru playgroup di sekolah dekat rumah.
Tak pernah ku bayangkan sebelumnya kalau aku akan menjadi guru "kecil". Dari mulai guru sampai kepala sekolah keheranan dengan kehadiranku, anak es dua kok mau ya jadi guru playgroup?
Jujur saat itu aku dalam tekanan, di satu sisi aku sangat ingin terus membersamai IYDRR namun terhalang restu orang tua yang selalu menanyakan walau secara tidak langsung mau sampai kapan aku 'seliweran' tak ada kepastian begitu. Di sela-sela mengajar pun aku curi-curi kesempatan untuk menghadiri undangan blogger, bahkan sampai juara untuk musikal khatulistiwa walau bukan yang pertama tapi aku bangga dengan pencapaianku pada saat itu.
Aku tidak pernah menyesal membersamai anak-anakku yang lucu dan menggemaskan. Kebahagiaan melihat wajah mereka tak bisa dibayar dengan uang. Beberapa hari setelah mengajar pun aku rindu sama mereka, mungkinkah anak-anak itu masih ingat aku? Yang jelas mereka menanyakan aku kemana dan kenapa tak bersama mereka lagi.
Sekarang aku mendidik anak kami, tak cukup hanya 2 jam membersamainya untuk bermain seperti saat di playgroup. Bisa lupa masak, lupa makan, dan lupa tidur, karena di usia bermainnya dia senang sekali bermain denganku dan menirukan apapun yang kami perbuat mulai dari memasak, berbicara, sampai mencuci sesuatu. Jika jam 10 dulu murid-muridku pulang, saat ini masak disambi bermain plus mengajak ngobrol. Sungguh, kesabaran yang ku pelajari di playgroup seringnya lose control karena anak kami yang begitu aktif dan cerdas. Bersyukur sekarang aku pernah menjadi bagian keluarga sebuah sekolah, walau hanya 6 bulan tapi itu sangat berarti sekali bagiku.