Semenjak kepindahan kami ke rumah ini, kami khususnya aku senang merawat tanaman-tanaman di taman kecil depan rumah kami. Waktu kecil aku pernah membayangkan, menanam biji-biji dari buah-buahan yang selesai ku makan. Namun hal itu tentu saja hanya di angan-angan. Sekarang alhamdulillah aku bisa merealisasikan apa yang pernah tersirat dalam ingatanku dan baru ku sadari itu.
Beberapa bulan setelah pindah, coronavirus melanda negeri ini. Beruntung rasanya kami pindah di waktu yang tepat. Taman kecil di depan rumah menjadi kebun percobaanku yang sedang merealisasikan keinginan masa kecilnya. Aku mulai menanam biji alpukat, biji salak, biji cabe, sampai daun bawang. Semuanya tumbuh satu per satu menjadi sumber kebahagiaan tersendiri buatku. Selama masa pandemi hobi berkebun tanaman hias pun menjadi trend karena sebagian besar waktu pekerja kantoran dilakukan di rumah aja. Tanaman-tanaman yang dulu biasa saja, sekarang berharga mahal dan diburu orang. Tanaman liar yang orang pikir tak akan ada harganya pun sekarang dikemas menarik dengan pot terracotta dan tawon yang makin memikat daya tarik. Sungguh pintar orang memanfaatkan peluang dan mengambil keuntungan dari pandemi ini.
Toko perabot rumah tangga pun sekarang menyediakan pot. Beruntung rasanya kami tinggal di wilayah yang dekat dengan toko perkakas berkebun berharga miring sehingga selalu ramai karena bisa dijual lagi. Tak dipungkiri, aku pun kecipratan semangat untuk berkebun. Kalau diingat-ingat, sebenarnya naluriku untuk berkebun itu sudah ada sejak masa SMP. Datang lebih pagi dari kawan-kawan yang lain, aku pun memilih menyirami bunga-bunga di taman depan kelas. Memang sudah ada petugas piket yang dijadwal bergiliran untuk melakukan kewajiban satu ini, tapi dengan senang hati aku melakukannya walau bukan jadwal piketku. Kalau orang-orang tuh pengen cari tanaman-tanaman yang sekarang mahal dan langka, ku sarankan datang saja ke sekolah-sekolah hehehe. Saat SD pun aku senang sekali menyiram tanaman depan kontrakan tiga petak kami, walau hanya daun keladi yang gatal itu.
Dulu aku nggak paham dan tidak peduli dengan nama-nama daun. Tapi sekarang, mulai mengenal satu per satu bahkan ikut berburu semenjak teras rumah kami ditembok pada satu sisinya. Rumah kami pun menjadi lebih sedap dipandang mata dan privacy terjaga. Begitupun tetangga yang memiliki taman yang indah, tentu saja aku terinspirasi untuk mempercantik halaman rumah kami juga. Sadar atau tidak, saat kita menanam, kita turut serta membantu tanaman bertasbih lho. Yuk mulai menanam, mungkin kapan-kapan ku foto deh hasil berkebunku
Wah, pasti asri banget deh rumahnya mbak. aku juga jadi inget rumah orangtua deh, soalnya banyak taneman gitu, hihi..
BalasHapus