Setelah menjadi istri, menjadi ibu, menjadi ibu 'rumah' tangga, menjadi tukang kebun yang mempunyai sekotak kebun yang indah pada masanya, akhirnya aku menyadari satu hal. Dari awal pernikahan aku telah menjadi menantu dari seorang ibu yang luar biasa. Hubungan kami lebih baik dibandingkan dengan hubunganku dengan ibu kandungku sendiri. Yah, mungkin memang begitu hubungan antara anak perempuan dan ibunya.
Tahun demi tahun yang aku jalani setelah menikah, rasanya berbalik arah begitu cepat tahun ini. Situasi dan kondisi yang membuatnya demikian. Tentu saja derai air mata tak terbendung di awal adaptasi kembali dengan keadaan yang kami pilih. Aku dan suami memutuskan hal yang berdampak besar bagi kehidupan kami selanjutnya. Mungkin ini satu dari sekian banyak isi hatiku yang terdalam, Allah SWT kabulkan dengan cara yang tidak terduga.
Memiliki ibu yang baik, begitu lemah lembut dan sopan, kesabarannya seluas samudera. Tak ada satupun cela kecuali hal-hal wajar dan menjadi permakluman di usianya yang semakin menua. Menerimaku apa adanya, berusaha membuatku betah, tak sampai hati membuatku tersinggung, mudah sekali meminta maaf, tolong, dan mendoakan hal-hal baik untuk siapapun.
Secara tidak langsung aku diminta banyak belajar untuk memposisikan diri dalam sudut pandang orang lain, helocpter view (?), menjadi lebih bijak, lapang dada, dan lembut hati. Bisa, pasti aku bisa.
Dulu terbersit dalam pikiranku mungkin lebih baik rasanya memiliki pasangan yang orang tuanya telah meninggal, minim konflik. Sampai menjelang usia menikah berdasarkan standar keluarga, aku dipertemukan dengan orang-orang yang ibunya telah tiada. Wow takut juga aku pada saat itu, padahal hanya sepintas lalu saja tidak mendoakan secara khusus.
Dan sekarang, aku bersyukur untuk banyak hal yang telah ku jejaki hingga hari ini. Sesungguhnya dunia tidak berputar hanya untukku saja toh. Masih banyak hal-hal yang bisa ku gapai. Tak muluk-muluk, go with the flow saja.
Come back stronger!