Entah kapan terakhir kali aku berbicara bermenit-menit dengan ibuku melalui telepon, padahal kami masih satu Kabupaten namun rasanya jarak terbentang begitu jauh. Mungkin lebih tepatnya kedekatan antara Ibu dan anak yang ku rasa baru terbangun hangat setelah aku memberikannya cucu. Ibuku adalah manusia terkuat di bumi yang tak pernah terlihat lelah apalagi bosan di rumah hingga aku berangan-angan untuk menjadi ibu rumah tangga saja kelak saat dewasa. Jarak yang tak sengaja terbentang diantara kami, salah satu alasannya adalah karena aku yang tak bisa menahan tangis saat mendengar suara orang tuaku yang mengkhawatirkanku yang kala itu masih tinggal sendiri menyelesaikan skripsi. Jadi aku tidak mau menerima telepon, menghindari suaraku yg parau.
Setelah melahirkan aku sadar betul kabar anakku jauh lebih berharga dibandingkan aku ibunya yang kurang tidur, kurang gaul, pontang-panting dengan jam tidur yang berantakan dan dapur yang hampir kebakaran. Kalau suamiku merasa selalu disalahkan karena tanggung jawab sebagai kepala keluarga termasuk berat. Aku sebagai ibu merasa selalu disalahkan karena banyak hal seputar anak, sudah makankah dia? sudah cukupkah tidurnya? Kenapa dicuekin? Kenapa kok bajunya lusuh dan kusut? Kenapa dibiarkan main terus? dan kenapa kenapa kenapa yang lain yang bikin muak.
Tiba hari dimana Allah SWT mempertemukanku dengan orang-orang tulus yang membangkitkan semangatku untuk "menghidupi" diriku sendiri, bukan tentang anakku saja. Aku yang saat itu kondisi mentalnya hancur lagi mulai sanggup mengangkat wajahku dengan kuat hanya dengan satu pertanyaan, "Mbak Veny kemana aja? Eh kalo diliat-liat mirip banget ya sama anaknya". Mungkin bagi sebagian besar orang itu sederhana, tapi bagiku itu luar biasa. Aku merasa dirayakan, tak sia-sia aku jalan pagi walau hanya menemani anakku ke taman komplek untuk menginjak rerumputan disana dan menangkan pikiran.
Sedikit demi sedikit aku merasa kembali utuh. Jiwaku yang t'lah lama hilang perlahan kembali pulang dan menyatu dengan ragaku. Iya memang se-berlebihan itu saat kesehatan mentalku sedang hancur berkeping-keping untuk ke sekian kalinya.
Akhir tahun ini hadiah manis kembali ku persembahkan untuk diriku sendiri yang ternyata tak bisa dengan mudah menarik diri dari peredaran. Ku hadiahkan ia sebuah komunitas yang mempertemukannya dengan orang-orang yang tak segan merangkul dan bertanya "Apa Kabar Ibu?"
Disaat aku hampir kehilangan lagi diriku sendiri, merasa kosong walau setiap minggu suamiku mengajak bervakansi. Bismillah... kini aku siap kembali lagi tentunya dengan ridho Allah SWT juga ridho suami.
Welcome back Veny :)
Made with AI