Bu... sekarang aku ada di titik ini. Walaupun ku tahu Ibu tak pernah membaca blogku dari awal hingga detik ini. Aku tetap ingin mencurahkan segalanya.
Ungkapan-ungkapan terimakasih yang selama ini tertutup oleh rasa yang berbeda dalam diriku sebagai anak Ibu yang pertama. Seingatku, ini adalah tulisan kedua yang ku persembahkan untuk Ibu. Terimakasih telah melarangku menulis sembarangan di banyak buku-buku diary masa laluku. Larangan Ibu membuatku tak berhenti menulis, karena ternyata menulis secandu itu.
Terimakasih telah menjadi sosok ibu yang kuat, mendominasi segala hal dalam rumah, menyalakan api-api harapan, dan membuatku merasa dunia baik-baik saja. Aku hidup cukup, tidak kekurangan, bebas se-bebas-bebasnya. Terimakasih untuk banyak doa-doa yang Ibu panjatkan dalam tiap-tiap waktu mustajab. Terimakasih juga untuk masakan-masakan enak yang senantiasa Ibu hidangkan. Ternyata pekerjaan rumah sangat menyita waktu dan tenaga Ibu, karena benar-benar tak ada habisnya.
Kini aku tau rasanya, walaupun mungkin tidak sama persis tapi aku paham bahwa kelahiranku begitu berharga. Terlebih lagi aku adalah anak pertama yang berjuang bersama Ayah dan Ibu dari minus seperti cerita-cerita Ibu yang dahulu. Kalau boleh aku memilih ulang, aku akan tetap memilih dilahirkan dari rahim Ibu meskipun ada setitik 'noda' di masa kecilku. Aku tetap bersyukur karena dilahirkan dari rahim Ibu.
Jika suatu saat nanti Ibu membaca ini, aku hanya meminta doa-doa Ibu saja. Tak akan tergantikan oleh apapun pengorbanan Ibu dan sekarang Ibu beranak dua itu adalah aku.
Tulisan ini terinspirasi dari podcast Donne Maula & Daniel Mananta yang membuatku berani mencoba berpikir dari sudut pandang yang berbeda. Selamat menikmati hidup!